Washington -Salah satu pasar tukar
Bitcoin terbesar tiba-tiba menghilang dan membuat panik komunitasnya. Meski nilainya fluktuatif dan berisiko tinggi,
Bitcoin tetap jadi idola.
Padahal, gara-gara
MtGox tutup tiba-tiba nilai Bitcoin anjlok hingga US$ 100 menjadi US$ 517 per btc. Kerugian yang diderita para penggunanya diperkirakan mencapai US$ 300 juta (Rp 3 triliun).
"Ini bukan akhir dari Bitcoin. Mungkin akhir dari satu bab, tapi bukan seluruh buku," kata Jinyoung Lee Englund dari Bitcoin Foundation dalam keterangan tertulis yang dikutip AFP, Rabu (26/2/2014).
"Sejalan dengan matangnya industri kami, kita akan melihat adanya pengusaha dan investor yang masuk dan membangun sistem untuk Bitcoin di tahap selanjutnya," katanya.
Para asosiasi pemberi layanan jual-beli Bitcoin pun satukan suara. Mereka menilai tragedi yang menimpa mata uang yang dibuat berdasarkan algoritme komputer itu tidak akan berimbas panjang.
"Tutupnya
MtGox menjadi kesalahan tragis yang bisa mempengaruhi kepercayaan para pengguna. Tapi bukan berarti masalah ini jadi bukti bahwa industri mata uang digital itu rentan dan banyak masalah," kata salah satu pemilik situs jual-beli Bitcoin.
"Industri ini masih baru, ada beberapa pemain yang memang harus kalah dan tutup sebelum jadi sempurna," tambahnya.
"Meski demikian kami percaya perusahaan-perusahaan (penyedia jasa jual-beli) Bitcoin itu kuat, digerakan oleh tim yang kompeten dan disokong investor yang kredibel. Kami akan memenuhi janji untuk menjadikan Bitcoin sebagai nilai tukar masa depan di dunia internet," jelasnya.
Para pendukung itu mengatakan, Bitcoin merupakan alat tukar yang sangat efisien untuk melakukan transaksi di dunia maya meski di beberapa negara mata uang ini dianggap ilegal.
MtGox kini telah tiada, tapi akan ada situs jual-beli
Bitcoin yang baru penggantinya yang akan diluncurkan oleh SecondMarket Holdings, sebuah perusahaan berbasis investasi di sektor khusus, seperti diberitakan, The New York Times.
Source:Detik.com